Kamis, 02 September 2021

kartikanews.com — Korban kasus dugaan pelecehan seksual sesama jenis di lingkungan kantor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, MS mengaku pernah melaporkan perkara ke kepolisian pada 2019. Namun, laporan itu tidak ditindaklanjuti polisi.
Padahal, kata dia, upaya itu baru berani dilakukan setelah mendapat perundungan dan pelecehan dari seniornya di kantor sejak 2012.
“Karena tak betah dan sering sakit pada 2019, saya akhirnya pergi ke Polsek Gambir untuk membuat laporan polisi. Tapi petugas malah bilang ‘lebih baik adukan dulu saja ke atasan. Biarkan internal kantor yang menyelesaikan’,” kata MS saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (1/9).
MS mengatakan laporan tersebut dibuat setelah dirinya stres dan tertekan atas setiap perlakuan seniornya. Ia sempat berobat ke RS Pelni untuk melakukan endoskopi pada 8 Juli 2017.
Hasilnya, ia diduga mengalami hipersekresi cairan lambung karena trauma dan stres. Kemudian, ia juga berobat ke psikiater di RS Sumber Waras dan mengonsumsi obat penenang selama satu minggu.
Setelah laporan polisi itu tak diterima aparat, MS mengadukan tindakan senior-seniornya itu ke atasan. Namun demikian, hal tersebut tak berujung pada pemberian sanksi.
MS dipindahkan ke ruangan lain yang dinilai atasan jauh dari para perundung. Hanya saja, upaya tersebut tetap membuat dirinya dicibir oleh para pelaku.
Pada 2020, ia kembali ke Polsek Gambir dengan harapan laporan yang pernah dibuatnya itu dapat segera diproses polisi. Namun, kata MS, tetap tak memproses aduannya.
“Petugas tidak menganggap cerita saya serius dan malah mengatakan, ‘Begini saja, Pak, mana nomor orang yang melecehkan bapak, biar saya telepon orangnya’,” ucap dia.
Padahal, dia mendatangi polisi karena ingin ada penyelesaian hukum dalam perkara yang dialaminya. Hanya saja, dia merasa aduan tersebut tak dianggap serius oleh polisi.
Dia pun bertanya-tanya mengapa kejadian yang menerpa dirinya seolah diremehkan. Ia menganggap, seorang pria juga bisa menjadi korban pelecehan seksual dan perundungan.
“Saya tidak ingin mediasi atau penyelesaian kekeluargaan. Saya takut jadi korban balas dendam mereka, terlebih kami berada dalam satu kantor yang membuat posisi saya rentan,” kata dia.
“Apakah harus jadi perempuan dulu supaya polisi serius memproses kasus pelecehan yang saya alami?” tambahnya.
MS merasa martabatnya sebagai seorang lelaki dan suami sudah hancur. Ia sangat miris mengingat momen alat kelaminnya dilecehkan dan dicoret-coret dengan spidol oleh para perundung. Belum lagi, momen itu kemudian juga diabadikan oleh para pelaku.
Ia berharap, ungkapan kekesalannya itu dapat ditanggapi serius oleh aparat kepolisian. Ia sempat menyinggung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang mengingatkan jajaran bahwa seluruh warga negara Indonesia berhak mendapat perlindungan hukum.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari kepolisian. CNNIndonesia.com sudah menghubungi Kapolsek Metro Gambir AKBP Kade Budiyarta namun belum mendapat respons.
Laporan polisi tersebut dibuat dengan dasar yang kuat. MS sebelumnya melapor ke Komnas HAM dan kemudian ditindaklanjuti dengan rekomendasi institusi tersebut.
Komnas HAM, meminta agar MS membuat laporan ke pihak kepolisian karena perlakuan yang diterimanya merupakan pelanggaran hukum.
“Yang bersangkutan mengadu ke Komnas HAM via email sekira Agustus-September 2017. Dari analisa aduan, korban disarankan untuk melapor ke polisi karena ada indikasi perbuatan pidana,” ucap Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara saat dihubungi.
Menurut dia, Komnas HAM akan kembali menangani perkara tersebut apabila korban kembali mengadu ke institusinya.
Pihaknya pun sudah berkoordinasi dan menjalin komunikasi dengan komisioner KPI untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Ketua KPI Pusat Agung Suprio mengatakan saat ini jajaran pimpinan akan melakukan investigasi internal untuk mendalami informasi tersebut.
Ia mengatakan investigasi dilakukan lantaran nama-nama terduga pelaku yang tertera dalam pesan tersebut benar merupakan pegawai KPI Pusat.
“Kami melakukan investigasi internal terhadap keterangan yang didapat dari broadcast tersebut. Karena kan nama-nama di dalam broadcast itu memang betul mereka itu pekerja di KPI,” ucap dia saat dihubungi CNNIndonesia.com.
sumber: cnnindonesia.com