Sabtu, 18 Januari 2020

Komisaris PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro usai diperiksa sebagai saksi di gedung bundar Kejaksaan Agung, Jakarta, Senin (6/1). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

kartikanews.com–Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, membongkar cara main Benny Tjokrosaputro, tersangka kasus dugaan korupsi dalam pengelolaan keuangan, dan dana investasi di Jiwasraya.

Dahlan mengapresiasi kinerja Kejaksaan Agung yang telah menetapkan Benny Tjokrosaputro, yang akrab dipanggil Bentjok, dan empat lainnya sebagai Tersangka. 

Awalnya, Dahlan menilai Benny bisa lepas dari jeratan hukum. Namun, sepandai-pandai tupai melompat, menurutnya akhirnya akan jatuh juga.

Bentjok, lanjut Dahlan adalah orang yang terkenal pintar. Dia berpikir panjang dan segala langkahnya sudah dihitung termasuk akibat hukumnya.

“Ia tidak merasa menipu meskipun ada yang tiba-tiba tertipu,” kata Dahlan dikutip VIVAnews dari blog pribadinya, DI’sWay, Kamis 16 Januari 2020. 

Melalui surat utang jangka menengah atau Medium Term Notes (MTN), Benny meminjam uang Jiwasraya hingga ratusan miliar. Itu sudah diakui Benny dan dia mengklaim itu sudah dilunasi.

“Dan proses pemakaian uang itu pasti sudah ia persiapkan. Ia pasti sudah melengkapinya dengan dokumen yang rapi. Bentuknya pun pasti sudah diatur yang tidak melanggar hukum menurut dia,” beber Dahlan.

MTN ini, lanjut Dahlan, semakin tinggi bunga yang ditawarkan maka semakin banyak perusahaan yang berminat. Biasanya MTN ini dijual melalui pialang.  Dalam kasus seperti ini, pialangnya tidak perlu bekerja, hanya diperlukan legalitasnya.

“Untuk orang sekelas Bentjok ia harus punya perusahaan pialang sendiri. Atau perusahaannya orang lain tapi sebenarnya ia juga yang punya. Setidaknya pengendalinya,” kata dia.

Dia menjelaskan, melalui penawaran surat utang dengan bunga 12 persen, misalnya tentu banyak perusahaan yang mau karena di atas rata-rata bunga bank. Pada posisi ini dia menilai banyak orang yang tertarik dan juga tergiur ‘komisi di bawah tangan’ atau untuk kantong pribadi.

“Kalau anda direktur utama dari sebuah perusahaan yang bukan milik Anda, komisi gelap itu sangat menggiurkan. Apalagi kalau pemilik perusahaan itu negara. Yang hanya mementingkan proses legalitas. Yang penting administrasinya benar. Padahal administrasi itu bisa diberes-bereskan. Tidak akan ketahuan kalau nasibnya baik.” kata Dahlan.

Jiwasraya Beli Saham Hanson Milik Benny Tjokro.

Dahlan pun mengungkapkan, satu-satunya faktor yang bisa membuat Benny terjerat adalah dia menyuap Direksi Jiwasraya untuk membeli surat utangnya. Benny yang merupakan pewaris Batik Keris Solo itu, lanjut dia, sudah belajar main saham sejak umur 19 tahun.

“Tapi MTN bukan satu-satunya transaksi antara Jiwasraya dan perusahaan Bentjok. Masih ada lagi transaksi lewat pasar modal, membeli saham Hanson International milik Bentjok,” kata Dahlan.

Dia menjabarkan, Jiwasraya belanja saham Hanson International ketika harganya Rp1.300 per lembar, sebanyak Rp760 miliar. Banyak yang menilai itu kemahalan, tapi itulah harga resmi di pasar modal. Setahun kemudian harga saham itu naik drastis menjadi Rp1.865 per lembar.

Di waktu inilah, lanjut Dahlan, mestinya Jiwasraya jual saham, karena bisa untung lebih Rp100 miliar.

“Tapi itu tidak dilakukan, mungkin menunggu harga naik lagi. Padahal setelah itu saham Hanson terjun bebas. Ke dasar jurang yang paling dalam tinggal Rp50 per lembar. Hitung sendiri berapa ratus miliar uang Jiwasraya hilang,” ungkap dia. 

Dia mengatakan, proses saham yang terjun bebas itu bisa diamati dalam hitungan jam dan mengambil momen pergantian Presiden pada tahun 2014. Ternyata, lanjut Dahlan, tidak hanya politik yang memanfaatkan ‘masa transisi’ melainkan juga para pemain saham.

“Yang MTN, katanya, sudah dilunasi empat tahun lalu.  Kalau benar MTN itu sudah dilunasi empat tahun lalu, jangan-jangan justru di sini lucunya, uang untuk melunasi utang ke Jiwasraya itu memakai uang Jiwasraya yang untuk membeli saham itu,” beber Dahlan 

Dahlan pun melihat jika benar begitu cara main Benny Tjokro maka sungguh lihainya orang tersebut.

“Apalagi kalau ia sendiri yang bisa membuat harga saham naik dan harga saham turun. Tapi belum tentu seperti itu. Kita tunggu hasil pengusutannya,”  kata dia. 

Meski begitu, Dahlan melanjutkan Benny tidak rela digelari tukang goreng saham. Beberapa kali ia menepis gelar itu.

“Tapi itulah gelar yang sudah amat terkenal di lingkungan bursa saham,” imbuh Dahlan.

Di satu sisi, Dahlan mengungkapkan Benny memiliki banyak aset tanah. Dia juga lihai dalam bisnis jual beli tanah selain berbisnis saham.

“Orang Solo akan menyebut orang seperti Benny sebagai pengusaha lemah-lemahe akeh tenan. Kini Benny punya sekitar 6.500 ha tanah. Betapa kayanya. Pun ia masih perlu banyak uang untuk terus membeli tanah,” kata dia. 

sumber : vivanews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

57 + = 58