Rabu, 04 Desember 2019

Ratusan buruh bertahan di Gedung Sate, Kamis (21/11/2019) malam menanti kepastian mengenai UMK. 

kartikanews.com–Ketua Forum Pekerja Garmen Jawa Barat, Tarjum, mengatakan para buruh atau pekerja kian khawatir dengan adanya kabar sejumlah perusahaan yang akan, bahkan telah memindahkan pabriknya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sejak beberapa tahun lalu.

Tarjum yang juga bekerja di salah satu pabrik garmen di Kabupaten Subang ini mengatakan selama 2019 telah ada lima pabrik yang tutup di Subang dan ribuan pekerjanya terkena PHK.

Perusahaan ini memilih pindah ke Jawa Tengah yang memiliki UMK lebih rendah daripada Subang.

“Pabrik yang lokasinya 200 meter dari pabrik saya, dari awalnya punya 3.000 pekerja, sekarang tinggal 800 pekerja. Perusahaan itu sudah buka pabrik di Jawa Tengah. Pabrik saya tahun ini membeli tanah di Jawa Tengah,” kata Tarjum melalui ponsel, Minggu (1/12/2019).

Tarjum mengatakan UMK yang mencapai hampir Rp 3 juta di Subang, katanya, dinilai terlalu berat bagi roda usaha industri garmen.

Perusahaan-perusahaan di Subang ini pun, ujarnya, bertahap memindahkan usahanya ke Jawa Tengah.

Tarjum mengatakan awalnya para buruh menyambut baik pemberlakuan penetapan UMK dalam bentuk surat edaran yang akan membuka ruang komunikasi antara pengusaha dengan pekerjanya dalam menentukan upah di masa pelemahan ekonomi ini.

Namun setelah kembali ditetapkan dalam bentuk surat keputusan, Tarjum mengatakan pihaknya kembali risau.

“Kami sebenarnya tidak menuntut berlebihan karena kita tahu kondisi di lapangan. Banyak pabrik tutup. Banyak buruh yang berharap pabrik jangan tutup, biarin gaji naik cuma sedikit juga, asal bisa terus kerja. Ngapain gaji naik terus tinggi-tinggi tapi tahun depan tutup,” katanya.

Tarjum berharap para serikat pekerja lebih memerhatikan keberlangsungan pekerjaan para buruh ini daripada masalah UMK.

Jangan sampai, katanya, pengangguran yang sudah tinggi di Jabar kian meningkat.

Seorang pekerja di sebuah industri di Kabupaten Karawang, Rahmia (23), mengatakan ia memang tengah menikmati gaji yang tinggi, mencapai Rp 4,8 juta per bulan.

Namun di sisi lain, ia dan pekerja lainnya tengah dihantui pemindahan pabriknya ke Jawa Tengah.

“Perusahaan aku udah buka pabrik di Jawa Tengah. Sebagian karyawan udah dipindahkan ke sana. Ya, kalau pindah gitu, gajinya UMK sana. Dengar-dengar, ya, banyak yang memilih keluar, biar bisa tetap kerja di Karawang. Aku juga kalau dimutasi, pasti ngundurin diri,” kata Rahmia.

Mengenai kenaikan gaji tahun ini pun, katanya, karyawan mendapat sisa kenaikan gaji secara rapel.

Karenanya, dia tidak terlalu optimistis dengan manfaat kenaikan UMK tahun depan.

“Karyawan di sini pada khawatir dimutasi, khawatir pabrik tutup. Buat apa juga gaji gede tapi nantinya harus resign. Jadinya enggak mikirin UMK, mikirinnya ke usaha pabriknya apa mau lanjut apa enggak,” katanya.

sumber : jabar.tribunnews.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

79 − 73 =